Kemarin tepatnya, tanggal 28. Pagi-pagi sekali pukul 10
(maaf versiku emang kaya’ gini paginya) saya sudah siap-siap mau ke rumah om di
Tebet. Tapi gara-gara harus nyuci dulu finally
saya baru kelar pukul 12. Ada accident
kecil sewaktu nyuci. Saking semangatnya saya ke rumah om dan ingin buru-buru
bertemu kedua anaknya yang lucu-lucu, maka semangat banget lah saya ngucek baju. Alhasil, auuch! Tanganku luka teriris
baju. Well, oke saya pikir biasalah, anak mandiri memang gini suka lecek-lecek
anggota tubuhnya karena kerasnya kehidupan. Hehe.
Sungguh tak terbersit di benakku bahwa ini adalah pertanda
akan adanya kesialan-kesialan beruntun selanjutnya. Kayak di sinetron-sinetron
tuh yah, kalo ada accident kecil
misalnya tiba-tiba memecahkan gelas atau keselek makanan, eh rupanya adalah
bertanda kesialan. Sometimes sinetron emang ada benarnya, sob! (Called me miss
drama queen)
So, kelar nyuci dan berberes barang-barang packing-an,
ol lagi lah saya. Tarik nafas dulu ah! Kilahku menunda-nunda keberangkatan.
Sembari ol saya liat lowongan kerja jurnalis di salah satu majalah semi
esek-esek nasional, Popular. Boleh juga kataku. Daripada tidak sama sekali,
Popular worth to try juga nih. Maka tak berlama-lama lagi dengan sigapnya saya membuat cv untuk majalah Popular. Coba-coba berhadiah kan
yah. Eh, malahan jadi ribet sekali. Info loker dari majalah Popular ini tidak
mencantumkan alamat email HRD-nya seperti info-info loker biasanya.
Ya sudah cv yang tadi saya kerjakan harus dikompres
terlebih dahulu supaya bisa apply lamaran
melalui web pencari kerjanya langsung dan bukan melalui email HRD. Setelah
utak-atik dokumen cv, ternyata masih sending
failed juga. Karena, data yang mau dikirim harus tidak lebih dari 300 kb.
Sementara kegaptekanku hanya menyanggupi kompres data sampe 326 kb saja. Saya jadi kesal. Demi Tuhan, demi majalah
semi esek-esek nasional ini!
Karena gagal-gagal terus-terusan, akhirnya saya memilih
jalan short-cut dengan meng-googling
alamat HRD-nya saja. Apa sih yang tidak ada di google? Apa lagi alamat HRD
majalah Popular. Namanya saja Popular, harusnya populer dong. Dan benar saja
saya dapat alamat HRD-nya. . Segera saya kirim dokumen lamaran kerjaku ke
alamat tersebut yang saya temukan dari blog antah-berantah. Siip, ready to go! Eh, tau-tau ada notif email masuk. Guess what, itu email dari diriku sendiri karena alamat email yang
saya tuju ternyata hoax belaka. Akk,
bodo’ ah! Bye bye Popular!
Saya akhirnya melenggang kesal meninggalkan kosan pukul
4.30. Sesampainya di stasiun kereta api Pal Merah saya dikejutkan lagi dengan
harga tiket kereta yang membumbung tinggi menjadi RP. 16.000. Buset, lonjakan
BBM 44% ternyata berimbas ke tarif kereta juga rupanya. Tidak tanggung-tanggung
malah naiknya, kemarin saya naik kereta sampe Depok saja bayarnya cuman RP.
9.000. Mana lagi miskin-miskinnya pula. Duit di dompet tersisa RP 50.000 saja.
Tapi sudahlah yah, nasib.. Mau tidak mau saya toh tetap harus berkunjung ke
rumah om. Barangkali saya juga bakal dapat duit sangu sama dia. Ihik.
Oyah, tapi saya belum terlalu ikhlas juga sih dengan harga
tiket sebegitu mahalnya. Saya masih mempertanyakan tentang perubahan aturan dan
tarif kereta baru ini. Tante ku, si tante Ade yang sehari-harinya naik kereta
pergi dan pulang kantor juga kaget dengar kabar harga kereta yang saya beli.
Kata dia, kereta api sekarang memang sudah pake kartu semacam ATM bukan
kertas-kertas katro’ yang warnanya pink itu lagi. Tapi harganya bisa jadi lebih
murah kok. Kan, tarif progresif menghitung kelipatan seribu per-stasiunnya.
Lah, kok punyaku mahal kaliii.
Saya tanya deh sama petugas keretanya. Menurutnya harganya
memang segitu kalo mau ke Tebet. Soalnya kartu yang saya beli namanya kartu single trip. Kartu saya warnanya biru. Ada
lagi namanya katu multi trip, warnanya
hitam, bisa dibeli harganya RP 35.000 dan harus registrasi dulu. Kartu yang
hitam ini bisa di-keep dan diisi
saldonya sesuka-suka hati kita. Dengan cermat saya menyimak bapaknya
menjelaskan. Oooh.. gitu yah pak.. hmm ya ya yah.. Siip makasih yah pak, saya
kayaknya tidak berminat tuh, uang saya tidak cukup masalahnya!
Sungguh harapan saya dapat uang sangu dari Om semakin
menjadi-jadi. Pokoknya begitu sampe di Rumah Omku, saya harus bercerita sesendu-sendunya
seberapa cekaknya saya dan betapa kenaikan BBM begitu mencekik keuangan anak
kosan.
Alhamdulilah, sampe dengan selamat ke rumah om di Tebet. Ada
orang kerja di rumahnya yang membukakanku pagar. Dia bilang, cari siapa non?
Ehmm.. cari Tante Ninong, Puang Iwan, Andien, Iki, Fauzan.. (masih kurang?)
saya ponakannya Puang Iwan kataku (sedikit congkak mungkin. Maaf aja yah saya
capek soalnya, dan tega-teganya saya ditanya cari siapa? Oh eeM Gii). Maka
sebelum diperkenankan masuk saya sudah duluan berhamburan ke garasi. Mba’nya
jadi salah tingkah dengan ulahku. Jadi kasian juga sih, saya tersenyum ramah
sama dia. Eh, btw Andin mana? Si mba’ menjawab. Loh, Andin kan ke Aceh sekeluarga, baru kemarin sore berangkat..
GOTCHA!
Mba’ serius mba’.. kataku memelas. “Iya, non… serius
hehehehehehehe” (hehehe? Krik krik krik)
Si Mba’ memang serius. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya
ada saya dan mba’ yang saya tidak tahu namanya. Selamat datang sengasara. Saya
tinggal meratapi nasib berjam-jam duduk, ol sambil nonton TV di ruang tengah.
Saya belum ngantuk sampe jam 12 malam. Ah, bosan juga saya nongkrong di sini.
Maka naiklah saya ke kamar Fauzan, ingin membunuh suramnya hariku dengan tidur
yang lelap. Begitu masuk kamar, knop pintu saya kunci biar aman.
Saya curhat dengan Yuda betapa sialnya hariku. Dia
mendengarkan dengan khidmat. Dia juga memberi beberapa nasehat tentang masalah
lain yang saya keluhkan (masalah yang tidak usah diceritakan di sini yah,
hehe). Kami telfonan sejam lebih. Selesai telfonan saya jadi haus. Rasanya hari
ini terlalu banyak masalah dan saya jadi sering dehidrasi karenanya (nat, nat,
kok lebay sekali nat..). Begitu knop pintu saya coba buka, ternyata kuncinya
macet saudara-saudara! Dan saya harus merasakan hidup dipenjara selama.. ehm..
coba saya hitung dulu.. yah 10 jam. Sampe akhirnya saya terbebas dari penjara kamar Fauzan pukul 11 pagi. Sewaktu mba'nya baru pulang dari pasar dan menemukan saya lagi nagkring di jendela mengharapkan datangnya keajaiban.
Betul-betul hari yang aneh. Dan saya toh tidak mendapatkan
khidmat apa-apa selama 10 jam persemedianku. Saya lebih memilih tidur daripada
mencoba me-review tentang apa yang
salah dengan ku hari ini. Malam nampaknya terlalu horror untuk dipakai
berkhayal. Mana lagi saya sempat nonton film thriller Prom Night di Trans TV
waktu itu. That’s a big no to stay up
late and seeing mine suffers! Saya hanya berdoa, semoga Tuhan memberikan ku
hari yang indah keesokannya, semoga tak ada lagi nelangsa, dan semoga malam ini
saya bisa tidur nyenyak!
Alhamdulilah Tuhan
mendengarkan doaku, betapa bahagianya saya bangun disambut sinar pagi hari.
Horeeee pagi!!! Dan Tuhan baik sekali hari ini karena kehendaknya, motor Yuda
sampe ke Ibu Kota dengan selamat, hehe. Well, malamnya KAMIPUN BERKELILING
JAKARTA J
Ayooooooo kita gempur Jakarta, Bebi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar